Minggu, 05 Juli 2020

KETIKA TUJUAN BUKAN LAGI AKHERAT

KETIKA IBLISH MEMINTA KEMULIAAN
Prof. Dr. Dedi Hermon, MP

Jabatan itu kehendak dari Allah SWT sebagai ujian yang sangat besar. Jabatan tak lama tapi tanggungjawabnya dunia akhirat," papar Aa Gym.
Kadang kita terenyuh dan sedih akan besarnya sanksi yang diterima nanti di akherat, bersumpah di bawah kitab suci Al Quran untuk umat islam, dan kitab suci masing-masing untuk umat lainnya.
Jabatan dunia itu amanah apabila dilaksanakan dengan sebaik baiknya, sesuai tuntunan hukum negara sebagai rambu rambu untuk memutuskan segala hal. Jabatan itu harus dilaksanakan dengan sikap idealis yang sempurna, berjalan di garis lurus dan rel kebijakan yang telah di sepakati. 
Amanah jika sesuai dengan tuntunan Al Quran, kenapa harus sesuai dengan tuntunan Al Quran bagi umat Islam? Sederhana saja, karena orang islam saat pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan, ada Al Quran di atas kepalanya. Berarti, melaksanakan amanah jabatan tersebut harus sesuai dengan tuntunan Al Quran.
Bagaimana tuntunan Al Quran? PERTAMA harus berjalan dalam koridor Ketuhanan Yang Maha Esa, visi dan misi pejabat harus di awali dengan pengakuan bahwa Tuhan itu Esa atau secara lengkapnya menjadikan lembaga yang dipimpin menjadi lembaga yang Bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa. KEDUA harus memanusiakan manusia yang dipimpinnya secara adil dan beradab. Adil, bukan berarti lebih memperioritaskan kelompok, memusuhi lawan politik, tapi harus bisa merangkul semuanya menjadi satu kesatuan dalam membangun lembaga yang dipimpin, karena saat di lantik dan di ambil sumpahnya, oejabat itu adalah pemimpin semuanya, bukan lagi pemimpin kelompoknya. Beradab dalam hal sikap, prilaku, dan tutur kata, merendah, menunduk, dan pemberi motivasi dan peehatian untuk semua orang. Karena pejabat yang baik itu, adalah pejabat yang disenangi oleh kawan maupun lawan, maknanya, pejabat yang baik itu adalah pejabat yang bisa mempersatukan semuanya demi lembaga yang dipimpin. Sehingga yang KEDUA ini singkron dengan yang KETIGA, karena akan terwujud rasa persatuan dalam tanggung jawab bersama, sehingga tidak ada istilah anak buah, kader, ataupun istilah laiinya, karena jabatan itu sementara, jabatan itu tidak menanamkan ideologi, tapi bekerja bersama sama. Aneh saja ada pejabat yang berusaha membangun kader, Allah SWT saja yang Maha Pejabat tidak mempunyai kader, jadi pejabat jangan menjadi Iblish, karena yang ada kader itu hanya Iblish. Ciri khas Iblish adalah mengemis, meminta, menangis, menyembah, menjilat, memfitnah lawan, membunuh lawan, demi seonggok jabatan. Setelah sang Iblish mendapat jabatan, Iblish menonjolkan pencitraan dan kesombongan, tanpa paham akan amanah yang diberikan, itu sebabnya Allah SWT mencabut amanah untuk Iblish, padahal Iblish itu adalah Raja Malaikat. Pada saat amanah dicabut, keingginan tidak tercapai, apa yang terjadi? Iblish selalu memfitnah, ghibah, dan berusaha bermanis muka di hadapan Allah SWT, tapi hatinya busuk dan menentang Allah SWT. KEEMPAT dalam menjalankan amanah harus mengutamakan musyawarah dengan semua orang, hal ini dilakukan agar keputusan yang diambil tidak salah. Memilih orang tempat musyawarah harus pada orang yang netral, orang yang adil, dan bijaksana. Bukan pada orang orang yang berkelompok, karena saran yang diberikan adalah untuk kelompoknya, bukan untuk kebaikan lembaga. Sehingga, rasa Keadilan Sosial itu akan terwujuf dengan sempurna.

.............Senin 6 Juli 2020........