Sabtu, 06 Februari 2021

SEMPIT AKAL

SEMPIT AKAL
Prof. Dr. Dedi Hermon


Digedung suram itu sering digunakan oleh sekelompok orang yang sempit akal untuk berdiskusi tanpa mau bekerja dengan hati. Dilihat sekilas, terlihat kesombongan dan keangkuhan serta kearoganan, seolah olah sangat berkuasa, padahal mereka hanya bawahan sang penguasa.  Anehnya semua kekuasaan dan kesombongan itu dilakukan bukan dalam aset kelompok mereka, namun di atas aset dan lembaga negara, yang bukan milik ibu bapak mereka. Namun, mereka sudah berhitung tentang nasib semua orang yang bekerja di dalamnya. Karena kata mereka, mereka lah Sang Penentu semua nasib orang-orang di sana. 
Dimana Tuhan bagi mereka, mungkin tidak ingat, atau pura-pura lupa, atau memang karena keangkuhan, mereka lupa, bahwa mereka manusia biasa, yang tiba masanya, akan mati juga. Apa yang akan mereka bawa, pasti keirian, kedengkian, keangkuhan, kesombongan. Kasihan juga, padahal amal pahala mereka banyak, namun kotor oleh semuanya itu.
Berencana lah menentukan nasib orang, namun bagi orang yang bekerja dengan hati dalam suatu lembaga negara, diberhentikan dari pekerjaan adalah anugerah nikmat dari Allah SWT, tapi bagi orang yang hanya gila jabatan, tanpa bekerja pada amanahnya, itu tentu suatu bencana yang sangat menyakitkan.
Sahabat sepemikiran, kita berjalan di relnya saja, jangan berupaya mempertemukan ujung rel, karena kita tidak akan mampu, dan kalau seandainya mampu, tentu kecelakaan akan membawa pengaruh yang besar pada diri kita, karena kita tidak tahu, apakah rencana kita disenangi oleh Allah SWT atau dengan rencana yang kita susun, membuat Allah SWT berpaling dari kita.
Mak Udin sering mengatakan, kalau anda meminta-minta jabatan, minta dukungan pada orang-orang tertentu, yang dekat dengan penguasa, agar mempengaruhi penguasa untuk memilih anda. Kalau nasib anda baik, maka anda akan dipilih. Tapi...lanjut Mak Udin.. biasanya kalau sudah jadi, orang-orang seperti itu lebih senang pada orang yang meminta-minta juga, karena mereka haus pujian, sanjungan, hormat, walaupun semua itu hanya pura-pura saja. Ingat juga, lanjut Mak Udin... rakyat akan menderita, karena dia terpilih tidak mempertimbangkan semuanya, tapi karena desakan orang-orang tertentua saja, sehingga dia tidak akan bisa berperan adil untuk semua. Kecuali, penguasa yang dipilih oleh orang banyak dalam lembaga atau dalam negara, baru itu namanya pemimpin untuk semua.