Kamis, 08 Februari 2024

MULUT YANG DITIPU LUBANG KENCING

MULUT YANG DITIPU LUBANG KENCING
Prof. Dr. Dedi Hermon

Setiap era akan menghasilkan perubahan makna. Setiap masa akan memberikan beragam rasa. Setiap waktu akan menidurkan rasa rindu. Setiap hari akan mengalami perubahan hati. Setiap malam akan selalu diawali dengan suasana temaram. Setiap siang akan diwarnai dengan suara burung yang berkicau riang.
Dunia yang hanya sekejap tapi selalu dihiasi dengan genderang perang, mulut yang bertengkar, hati yang selalu ingkar, rayuan akhir zaman, dan kencing di sembarang taman. Itulah sesudut sketsa dari luasnya sketsa dunia.
Anak muda berpenampilan tua itu cemberut dan selalu menampilkan muka masam. Orang tua berpenampilan muda itu selalu sumringah, karena terus berkuasa sampai akhir hayatnya. Perempuan setengah tua yang berpenampilan raja itu selalu tersenyum karena bangga memiliki suami yang sukses diperlakukan seperti merawat dan menasehati anaknya. Laki-laki yang memiliki banyak kurap di selangkang nya itu selalu menerawang memikirkan nanti malam harus menahan sakit ketika obat kurap mulai di oleskan ke sarang gatalnya.
…Saya sudah bosan mendengarkan semua celotehmu..kata si Oyen yang tiba-tiba memecahkan kekosongan fikiran si Ipon yang lagi terlena atas sesudut sketsa dunia.
Si Ipon menguap lebar, sambil melirik jam ditangan kirinya.. 
..Ceritamu tidak sesuai dengan prilakumu. Ceritamu seperti memberikan harapan dan kejujuran. Tapi, prilakumu dan gerak tubuhmu menceritakan kesombongan dan kerakusan. Semakin lama kamu bercerita, semakin perih lubang kencingku terasa. Seolah-olah dia juga sulit menerima perbedaan logikamu dengan gerak langkahmu yang tidak lagi sama… sambung si Oyen.
Si Ipon kembali menguap, sambil mengusap-ngusap kedua matanya yang mulai pelan menutup, seperti menahan kantuk…
.. saya tidak lagi percaya sama siapapun, saya butuh pelindung yang kupastikan bisa melindungiku saat aku tidak lagi punya mereka mereka yang bergulat dalam sedikit sudut sketsa dunia…balas si Ipon dengan cepat sambil merebahkan badannya dengan kepala disandarkan di telapak tangannya.
‘Terus kenapa mulutmu selalu mengatakan kejujuran, pada semua orang….balas si Oyen.
‘Itulah yang saya tidak paham, mulutku seolah berirama mengikuti getar lubang kencingku.. sehingga setiap mulutku ternganga, akan selalu keluar kicauan kata merdu, kadang apa yang aku katakan otakku tidak mampu menyimpannya dengan baik…balas si Ipon.
‘ Ooooo pantas saja prilakumu tidak sesuai dengan ucapanmu.. rupanya mulutmu tidak bisa menghindar dari lubang kencingmu….kata si Oyen sambil tertawa terbahak-bahak.

________Kiding-Kiding Wae______Tengah Malam 9/2/24____