Minggu, 13 Maret 2011

Pemimpin Masyarakat


PEMIMPIN MASYARAKAT
Oleh: Dr. Dedi Hermon

Saat ini Sumatera Barat akan mengadakan “alek gadang” untuk memilih figur yang cocok  memimpin daerah ini untuk masa yang akan datang. Dilihat dari sisi sumberdaya alam, Sumatera Barat tergolong pada daerah yang memiliki sumberdaya alam yang mampu mendukung kesejahteraan masyarakat, baik sumberdaya alam hayati maupun sumberdaya alam non hayati. Kelemahan yang terjadi selama ini adalah kurang adanya perhatian pemerintah untuk menggali dan memanfaatkan potensi itu untuk kesejahteraan masyarakat. Sumberdaya alam non hayati seperti: semen, batubara, emas, gas alam, dan lain sebagainya yang belum bisa dieksplorasi maksimal. Walaupun ada eksplorasi maksimal, tapi sistem kerja yang masih berorientasi pada keuntungan.
Baru-baru ini terjadi peristiwa yang sangat memiriskan hati kita sebagai orang Sumatera Barat, yaitu “galodo” Batang Harau yang menelan kerugian bagi harta benda masyarakat. Ini terjadi karena orientasi dari manajemen Semen Padang hanya pada keuntungan semata tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Penambangan bahan asal semen dari Bukit Karang Putih yang sangat intensif sehingga terjadi proses penggundulan lahan yang seharusnya hutan jelas mengakibatkan kemampuan lahan untuk “penyangga” bagi daerah hilirnya akan berkurang. Selain itu, Bukit Karang Putih merupakan “upper Das” dari Batang Harau yang seharusnya memiliki hutan >40% dari luas upper Das, tapi sekarang dengan hanya mempertimbangkan keuntungan, lahan hutan di upper Das tersebut hanya berkisar antara 10-30%. Tapi sangat disayangkan, pemerintah yang merupakan pengayom masyarakat menuju kesejahteraan dan kemakmuran hanya diam tanpa ada komentar, “apa yang menyebabkan bencana ini terjadi?”.
Selain sumberdaya alam non hayati, Sumatera Barat juga kaya akan sumberdaya alam hayati, terumbu karang, perikanan, peternakan, dan hutan tropis yang umumnya menyusun daerah ini. Selama ini pengelolaan sumberdaya alam tersebut tanpa diikuti oleh manajemen yang baik dan berbasis lingkungan. Sumberdaya alam laut yang belum bisa dimanfaatkan secara maksimal, karena sumberdaya manusia yang berada pada bidang ini tidak mampu bekerja secara maksimal akibat kurangnya kontrol dari pemerintah. Kemudian  penebangan hutan yang semakin marak terjadi walaupun aparat berwenang sudah ditugaskan pada daerah-daerah rawan pencurian, namun dengan sedikit “uang asam atau uang rokok” aparat hanya diam dan membiarkan proses ini terus berlangsung. Bahkan ikut secara aktif sebagai pelaku. Jelas tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat beralih menjadi kesejahteraan “pencuri harta masyarakat” baik “pencuri” berlabel pengusaha maupun “pencuri” berlabel aparat atau pejabat.
Selain itu Sumatera Barat mempunyai sumberdaya manusia yang baik dalam membangun Sumatera Barat menjadi propinsi yang unggul dari segala segi di negara ini. Zaman dulu siapa yang tidak kenal dengan sepak terjang H.Agus Salim, H.Mohammad Yamin, Bung Hatta, Buya Hamka, dan tokoh-tokoh nasional lainnya yang berasal dari Sumatera Barat. Zaman sekarang siapa yang tidak kenal dengan Bapak A, Bapak B, Bapak C, Bapak D, sampai Bapak Z, semua itu tokoh-tokoh Sumatera Barat yang diyakini akan mampu membangun Sumatera Barat untuk masa yang akan datang.
Sistem kekeluargaan yang tinggi di Sumatera Barat merupakan cermin dari tata krama yang telah mendarah daging dalam tubuh masyarakat itu sendiri. Namun system kekelurgaan yang tinggi dapat pula menjadi bumerang,karena dapat memicu timbulnya nepotisme-nepotisme baru.Seperti jika Bapak A menjadi pejabat maka keponakan,anak,famili bahkan tetangga dapat menjadi staf Bapak A. Tata krama ini tercipta dari kebiasaan-kebiasaan yang dijadikan suatu dasar atau panduan untuk bersikap dan bertindak dalam kehidupan. Tata krama ini juga membentuk watak masyarakat yang berbeda dengan masyarakat dari propinsi lainnya. “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” merupakan dasar yang sampai saat ini dijadikan hukum sosial yang mengatur masyarakat Sumatera Barat untuk bersikap dan menyikapi segala fenomena-fenomena yang terjadi secara bijaksana. Dengan demikian tidak mudah menjadi pemimpin di Sumatera Barat, kalau pemimpin dalam hal ini gubernur adalah orang-orang yang mempunyai trac record yang buruk, jelas akan membuat mundur segala aspek kehidupan yang telah terbentuk ditengah-tengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut ada beberapa criteria pemimpin yang baik untuk Sumatera Barat, yang bisa meningkatkan berbagai aspek-aspek,  baik aspek sumberdaya alam maupun aspek masyarakat.
1.      Aspek Moral
Moral merupakan dorongan yang datang dari dalam diri individu manusia yang akan membentuk pribadi tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan keyakinan batin yang akan dipertanggungjawabkan pada Allah SWT. Peminpin yang mempunyai moral bagus dapat dilihat dari kesehariannya, seperti: akidah, tutur kata, tingkah laku, rasa ikhlas yang tinggi, sabar, dan hal-hal yang berhubungan dengan “bersih hati” yang tidak dibuat-buat atau ria. Sekarang banyak pemimpin yang ria dalam hal moral, dengan kata lain mempunyai kepribadian yang ganda, hal ini jelas akan menimbulkan kesalahan atau kegandaan dalam mengambil keputusan. Keputusan yang lahir umumnya berorientasi pada kesejahteraan pribadi, keluarga, dan famili, sehingga masyarakat dibiarkan “maratok” dengan segala tetek bengek kesengsaraan.
Saat ini yang dibutuhkan oleh masyarakat Sumatera Barat adalah sosok pemimpin yang mempunyai moral yang mantap karena akan membentuk mental dan kebribadian yang merakyat, dari dan untuk rakyat, kepribadian yang mampu bersikap bijaksana dalam setiap pengambilan keputusan. Kepribadian yang bermental khalifah, tidak takut menegakan kebenaran dan berani memberantas kemaksiatan. Di Sumatera Barat karakter pemimpin yang bermoral seperti ini bisa dihitung dengan jari, hanya baru satu atau dua orang. Bersyukurnya masyarakat kota Padang terhindar dari bencana tsunami diiringi dengan kebanggaan yang melimpah akibat ketegasan pemimpin kota Padang dalam menegakkan kebenaran dan memberantas kemaksiatan.
Bobroknya moral umumnya dapat dilihat saat dimulainya masa kampanye pemilihan gubernur, sibuknya pasangan calon mengkampanyekan ibadahnya untuk mengambil hati masyarakat dianggap sangat tidak bermoral, ibadah itu urusan pribadi dengan tuhan, bukan urusan pribadi dengan masyarakat. Kalau ibadah shalat, haji, zakat, puasa senin-kamis dikampanyekan yakinlah kalau individu ini duduk menjadi pemimpin maka apa yang kita cita-citakan tidak akan berhasil, akibat sikap ria tersebut akan muncul kepribadian ganda dari individu itu, sehingga hanya bisa bermulut manis dihadapan masyarakat tapi mempunyai lambung yang sangat besar memakan harta kekayaan masyarakat. Sikap moral  yang bagus akan dapat menangkis segala godaan yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan yang benar, bukan keputusan bawahan atau keputusan pengusaha, tapi keputusan yang benar-benar lahir dari hati seorang peminpin yang dapat meningkatkan keselamatan, kesejahteraan, dan kemakmuran masyarakat.
2.      Aspek Intelektualitas dan Kompetensi
Selain aspek moral, aspek yang cukup penting  dimiliki oleh pemimpin (gubernur) di Sumatera Barat adalah aspek intelektualitas. Intelektual dalam menyikapi segala permasalahan masyarakat dan intelektual dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bukan intelektual dalam bidang matematika, intelektual  dalam bidang biologi, intelektual dalam bidang pendidikan atau intelektual pada bidang-bidang lainnya, tapi intelektual dalam menciptakan kondisi masyarakat yang aman, makmur, dan sejahtera. Selain itu pemimpin di Sumatera Barat harus intelektual dalam menyikapi segala permasalahan daerah, baik dari permasalahan sumberdaya alam maupun permasalahan sumberdaya manusia.
Ada pameo mengatakan, masyarakat di Sumatera Barat “taimpik mintak di ateh, takuruang mintak di lua”, hal ini jelas mengambarkan sebagian besar masyarakat di Sumatera Barat tidak tahan terhadap penderitaan dan penindasan, segala cara akan diambil untuk kesejahteraan mereka. Pemimpin yang hanya intelektual di bidang pendidikan belum tentu intelektual dalam memimpin masyarakat, demikian pula pemimpin yang ahli dalam bidang pemerintahan belum tentu intelektual dalam memimpin masyarakat. Jadi pemimpin bagaimana yang mampu untuk memimpin daerah ini? Pertanyaan sederhana yang perlu dijawab demi kesejahteraan masyarakat oleh kita sebagai bagian dari masyarakat Sumatera Barat.
Pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang benar-benar pemimpin, bukan pemimpin yang berkarakter penguasa atau pejabat. Sumatera Barat tidak butuh pejabat, apalagi penguasa, tapi Sumatera Barat butuh pemimpin yang bisa jadi pengayom masyarakat untuk maju dan berkembang dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemimpin di Sumatera Barat harus  mempunyai kompetensi yang baik dalam pemerintahan maupun dalam hubungan sosial dengan masyarakat. Intelektual dalam meciptakan dan menempatkan suatu keputusan dalam kondisi dan situasi yang sesuai dengan kepentingan masyarakat dan pemerintahan. Pemimpin yang intelektual memanfaatkan tenaga dan pikiran masyarakat untuk kemakmuran masyarakat, bukan pemimpin yang intelektual memanfaatkan harta masyarakat untuk kemakmuran pribadi, keluarga, dan golongan.  Pemimpin yang intelektual dalam memasyarakat dan intelektual serta disegani oleh atasan, bukan pemimpin yang hanya intelektual  “memerintah” bawahan, intelektual dalam hal pengusuran, intelektual dalam pengambilan keputusan yang merugikan masyarakat, intelektual dalam memanfaatkan sumberdaya alam tanpa memperhatikan kelestarian alam, dan yang lebih naïf lagi intelektual dalam mengambil “hati” atasan. Susah bukan? Mencari pemimpin yang diinginkan oleh masyarakat Sumatera Barat? Jadi kalau kita ingin mencalonkan diri jadi pemimpin sebaiknya “bercermin” dulu, siapa saya sebenarnya? Sudah intelektual dan berkompetensikah saya dalam memimpin di Sumatera Barat?
Selain itu, intelektual dan kompetensi yang diharapkan oleh masyarakat itu dapat dilihat dari individu calon, individu yang telah pernah menjabat jabatan yang lebih rendah dari gubernur, bukan individu yang belum pernah menjabat. Amerika sukses karena mempunyai presiden yang dulunya adalah kepala negara bagian di sana. Individu ini sudah sangat intelektual memerintah, mengelola, dan menciptakan kondisi masyarakat aman dan makmur, dan system inilah yang sangat kita harapkan demi kemajuan pembangunan yang berkesinambungan di Sumatera Barat.

3.      Loyalitas Jabatan
Loyalitas berarti kesetiaan terhadap jabatan, setiap yang namanya jabatan dalam Sistem Pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia harus berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan Undang-Undang. Seorang presiden RI akan loyal pada jabatan kalau dia adalah anak bangsa Indonesia, seandainya presiden RI adalah anak bangsa Inggris, niscaya loyal pada jabatan tidak akan dapat dilaksanakannya.
Gubernur merupakan kepala daerah untuk Sumatera Barat, sebaiknya yang akan menjadi pemimpin di Sumatera Barat adalah putra daerah yang lahir, tumbuh, dan berkembang di dalam Sumatera Barat. Bukan putra daerah yang entah lahir atau entah hanya orang tuanya yang orang Sumatera Barat, besar diluar Sumatera Barat, yang selama ini memberikan sumbangan tenaga, pikiran, dan material untuk daerah lain, tanpa tahu dan tidak mau tahu “parasaian masyarakat Sumatera Barat”,bahkan kadang lebih mengerti bahasa negeri lain daripada bahasa daerahnya sendiri,bagaimana mangkin dia bisa mengerti bahasa hati masayarakat sumaterabarat. Orang seperti inikah yang yang sekarang ingin jadi pemimpin di Sumatera Barat?Betulkah orientasinya untuk membangun SumateraBarat? Ataukah hanya sebagai batu loncatan atau upaya untuk mencari keuntungan lebih? Lalu apakah individu ini dikenal masyarakat Sumatera Barat?, jelas jawabannya adalah “tidak”. Kalau tidak kenal, apakah rasa sayang masyarakat bisa tumbuh?, sekali lagi “tidak”. Kalau tidak dikenal dan tidak disayang oleh masyarakat apakah masyarakat akan mendukung individu ini dalam memimpin mereka? Tidak juga dong!. Makanya kita sebagai masyarakat Sumatera Barat harus sangat hati-hati sekali dalam memilih pemimpin, jangan hanya karena uang kita terpaksa jual harga diri kita sebagai masyarakat yang beradab dan beretika. Kenapa demikian, bisa jadi individu ini akan mengambil hati masyarakat dengan uang yang “seTronton” yang telah disiapkan untuk dibagikan kepada masyarakat secara terang-terangan atau berkedok bantuan  atau sumbangan terselubung dengan harapan agar masyarakat mau memilihnya menjadi pemimpin.
Masyarakat sangat mendambakan figur pemimpin yang lahir, besar, dan berkembang dalam daerah Sumatera Barat, sebab pemimpin ini umumnya mempunyai loyalitas yang tinggi pada masyarakat akibat mengerti “keluh kesah” masyarakat selama ini, pemimpin yang sangat familiar yang bisa “Saiyo Satido, nan saciok bak ayam, nan sadanciang bak basi” dengan masyarakat, dan dekat dengan berbagai persoalan masyarakat dan bersedia membantu masyarakat baik dari segi pikiran, tenaga, dan material.
--------****-------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar